Selasa, 28 Juli 2015

Diam dan Menjauh bukan Tanda Benci



“Ku lihat ada Prasangka dihatimu melihat diriku saat ini karena terpisahkan diri Dengarkanlah hatiku yang masih tetap merinduimu...”

Berhenti menebak dan menerka-nerka dengan angan mu yang tidak sampai kepada maksud, karena kamu tidak akan menemukan jawaban yang akan memuaskan hati mu.  

Berhenti menegadahkan kepala mu kelangit menunggu jawaban yang selama ini tidak turun dari langit.


Berhenti menyesali diri, ini bukan salah mu...

Menunggu atau pun meninggalkan itu menyakitkan, tapi lebih menyakitkan ketika kamu tidak bisa memilih antara menunggu dan meninggalkan.

Terimakasih telah menunggu sejak lama, meskipun dirundung lelah dan gelisah.

Barangkali sejak awal kita tidak seharusnya bertemu agar tidak ada rasa yang bertamu, tidak ada namanya rindu, dan tidak terjadi rasa yang membisu.

Tetapi kamu harus tau, memilihmu bukanlah pilihan tapi sebuah keputusan. Keputusan yang aku tidak akan pernah menyesalinya.

Senyum adalah cara untuk menyelesaikan banyak masalah, dan diam adalah cara untuk menghindari banyak masalah. Diam dan menghindar bukan berarti benci, diam adalah saat kita belajar menata rasa didalam hati. Mungkin diam tidak akan pernah menyelesaikan masalah tapi dengan diam ia bisa memilih penyelesaian yang pantas untuk sebuah masalah. Seperti diam ku sekian lama, boleh kamu artikan apa saja. Hanya saja aku ingin menghindari ke egoisan ku terhadap mu dan tidak ingin melihat mu sedih dan sedih lagi. 

Bahagia itu aku, yang pura-pura tidak acuh tetapi selalu memperhatikan mu dalam diam. Mungkin bahagia ini seperti dipaksakan, tetapi inilah definisi bahagia ku saat ini, saat orang lain tidak bisa mendefinisikannya. Entah dengan melihatmu tersenyum aku juga merasakan yang sama, atau semuanya hanya karena aku tak lagi miliki pilihan?
 
Terkadang lucu, jika memang benar ada wujud bahagia seperti itu. Padahal kalau boleh jujur, aku ingin bahagiamu yang dibagi denganku. Tetapi aku akui, Aku tak lagi punya pilihan. Dan menganggap kamu kisah lama yang aku mesti lupa, aku belum pintar melakukannya

Terkadang, cukup dengan melihatmu bahagia dari jauh, kutemukan bahagiaku. Bahagia yang kucari, yang selama ini ku lakukan sendiri. Semu, memang. Tapi setidaknya lebih baik dari pada membencimu, bukan?

Senyummu itu sumber kekagumanku, ratusan hari aku pandangi dan menikmati hal yang satu itu. Lagi-lagi tanpa kamu tahu tanpa kamu harus menyadari aku. 

Entahlah, mungkin aku telat menjelaskan ini untuk mu. Tetapi tidak apa-apa, ini lebih baik bukan, dari pada kamu tidak tahu sama sekali. Jika memang sudah ada orang baru yang menduduki singgasana hati mu, berikanlah yang terindah kepadanya dan hadirkan iman di setiap perjalanan mu. Ingatlah, jika ia menyakitimu, jangan cari aku. Sebab nanti, aku yang lebih dulu menemukanmu. 

Jika tak kamu temukan aku, tetaplah jangan mencari. Sebab barangkali yang ingin kamu temukan bukanlah aku, melainkan dirimu yang lain, yang sejak lama ada padaku.

*Dari aku si pencemburu, untuk kamu  yang bertamu didalam mimpiku
Semoga kamu membacanya...



Cairo, 28 july 2015
Aku dan kerinduan
#anak kecil baru 20 tahun mencoba sok puitis hahahaha

2 komentar:

  1. Balasan
    1. hmmmm, cari aja di google, mudah2an gak ada yg sama dengan tulisan sederhana ini ,

      Hapus